Kamis, 11 Oktober 2007

tuntunan idul fitri

Shalat Hari Raya, adalah shalat Idul Fitri pada 1 Syawal dan Idul Adha pada 10 Dzulhijah. Hukumnya sunat Mu�akad (dianjurkan).�Sesungguhnya kami telah memberi engkau (yaa Muhammad) akan kebajikan yang banyak, sebab itu shalatlah engkau dan berqurbanlah karena Tuhanmu � pada Idul Adha - �(Q.S. Al Kautsar.1-2)Dari Ibnu Umar �Rasulullah, Abu Bakar, Umar pernah melakukan shalat pada dua hari raya sebelum berkhutbah.�(H.R. Jama�ah). Niat Shalat Idul Fitri :
�Ushalli sunnatal li�iidil fitri rak�ataini (imamam/makmumam) lillahita�aalaa� artinya : �Aku niat shalat idul fitri dua rakaat (imam/makmum) karena Allah�
Niat Shalat Idul Adha :

�Ushalli sunnatal li�iidil Adha rak�ataini (imamam/makmumam) lillahita�aalaa� artinya : �Aku niat shalat idul adha dua rakaat (imam/makmum) karena Allah�
Waktu shalat hari raya adalah setelah terbit matahari sampai condongnya matahari. Syarat, rukun dan sunnatnya sama seperti shalat yang lainnya. Hanya ditambah beberapa sunnat sebagai berikut :
a.Berjamaah
b.Takbir tujuh kali pada rakaat pertama, dan lima kali pada rakat kedua
c.Mengangkat tangan setinggi bahu pada setiap takbir.
d.Setelah takbir yang kedua sampai takbir yang terakhir membaca tasbih.
e.Membaca surat Qaf dirakaat pertama dan surat Al Qomar di rakaat kedua. Atau surat A�la dirakat pertama dan surat Al Ghasiyah pada rakaat kedua.
f.Imam menyaringkan bacaannya.
g.Khutbah dua kali setelah shalat sebagaimana khutbah jum�at
h.Pada khutbah Idul Fitri memaparkan tentang zakat fitrah dan pada Idul Adha tentang hukum � hukum Qurban.
i.Mandi, berhias, memakai pakaian sebaik-baiknya.
j.Makan terlebih dahulu pada shalat Idul Fitri pada Shalat Idul Adha sebaliknya.

Diriwayatkan dari Abu Said Al Khudri Radliallahu 'anhu, ia berkata (yang artinya) : “ Dahulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam biasa keluar menuju mushalla (tanah lapang – bukan masjid kecil sebagaimana dipahami di Indonesia, red) pada hari Idul Fitri dan Idul Adha, maka pertama kali yang beliau lakukan adalah shalat ..." [Hadits Riwayat Bukhari (956), Muslim (889) dan An-Nasaa'i 3/187]

Berkata Al-Alamah Ibnul Hajj Al Maliki : "Sunnah yang telah berlangsung dalam pelaksanaan shalat Idul Fitri dan Idul Adha adalah di mushalla (tanah lapang), karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : (yang artinya): “Shalat di masjidku ini (masjid Nabawi -pen) lebih utama dari seribu shalat yang dilaksanakan di masjid lainnya kecuali masjid Al-Haram". [Hadits Riwayat Bukhari 1190 dan Muslim 1394]

Namun, walau ada keutamaan yang sangat agung ini, beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam tetap keluar ke mushalla (tanah lapang) dan meninggalkan masjidnya. [Al-Madkhal 2/283] (yakni melaksanakan sholat Ied di luar masjid Nabawi – pent).

Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi menyatakan, [Al-Mughni 2/229-230] : "Sunnah untuk melaksanakan shalat Id di tanah lapang, Ali Radliallahu 'anhu memerintahkan yang demikian dan dianggap baik oleh Al-Auza'i dan pengikut ra'yu. Inilah ucapan Ibnul Mundzir." [1]

Siapa yang tidak mampu untuk keluar ke tanah lapang karena sakit atau umur tua, boleh shalat di masjid dan tidak ada dosa baginya Insya Allah. [Al-Mughni 2/229-230].

Di sini harus diberikan peringatan bahwa tujuan dari pelaksanaan Shalat Id di tanah lapang adalah agar terkumpul kaum muslimin dalam jumlah yang besar di satu tempat.

Namun yang kita lihat pada hari ini di banyak negeri berbilangannya mushalla (tanah lapang yang digunakan untuk shalat Id) meski tidak ada kebutuhan. Ini merupakan perkara makruh yang telah diperingatkan oleh ulama. [Lihat Nihayah Al Muhtaj 2/375 oleh Ar-Ramli].

Bahkan sebagian mushalla telah menjadi mimbar-mimbar hizbiyyah untuk memecah belah persatuan kaum muslimin.

Tiada daya upaya kecuali dengan pertolongan Allah.
A. Amal Ibadah dan Adab Menyambut Hari Raya Idul Fitri
1.Memperbanyak Takbir [QS. al-Baqarah (2): 185, HR. asy-Syafi‘i dari Ibnu Umar dalam al-Musnad, I: 153, hadis no. 444 dan 445]
Lafadz takbir [HR. ‘Abdur-Razzaaq dari Salman ra., dengan sanad sahih]:
اَللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ.
Allaahu akbar Allaahu akbar, Laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar, Allaahu akbar wa lillaahil-hamd.
Artinya: Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Tiada Tuhan selain Allah dan Allah Maha besar, Allah Maha besar dan segala puji bagi Allah.
اَللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا
Allaahu akbar Allaahu akbar kabiiraa.
1.Berhias dengan memakai pakaian bagus dan wangi-wangian [HR. asy-Syafi‘i dari Ja'far ibn Muhammad dalam kitabnya al-Musnad, I:152, hadis nomor 441]
2.Makan sebelum berangkat shalat Idul Fitri [HR. al-Bukhari dari Anas ibn Malik dan HR. at-Tirmidzi dari ‘Adullah ibn Buraidah]
3.Berangkat dengan berjalan kaki dan pulang melalui jalan lain [HR. at-Tirmidzi dari‘Ali ibn Abi Thalib dan HR. Ibnu Majah dari Abu Hurairah r.a.]
4.Shalat dihadiri oleh semua umat Islam [HR. al-Jama‘ah dari Ummu ‘Athiyyah, lafal dari Muslim dan HR. Ahmad dari Ummu ‘Athiyyah al-Anshariyyah]

B. Pelaksanaan dan Cara Shalat Idul Fitri
1. Waktu dan Tempat Shalat ‘Id. [HR. Ahmad dari Jundub dan HR. al-Bukhari dari Abu Sa‘id al-Khudri, HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, dan al-Hakim dari Abu Hurairah]. Shalat Idul Fitri dikerjakan setelah matahari terbit dan berketinggian dua kali panjangnya penggalah (kurang lebih 6 m). Shalat Id diselenggarakan di lapangan, tidak di masjid, kecuali kalau hari hujan yang tidak memungkinkan melaksanakan shalat Id di lapangan.
2. Imam Membuat Sutrah (batas) di mukanya dengan suatu benda. [HR. Muttafaq ‘alaih dari Ibn Umar]
3. Shalat Idul Fitri dilaksanakan dua rakaat, tanpa azan, iqamat, bacaan ash-shalatul jami'ah
(الصلاة الجامعة), dan tanpa disertai shalat sunat, baik sebelum maupun sesudahnya. [HR. tujuh ahli hadis, dan lafal ini adalah lafal al-Bukhari, dari Ibnu Abbas dan HR. an-Nasa’i dari Jabir]
4. Takbir dalam shalat Idul Fitri pada rakaat pertama sesudah takbiratul-ihram tujuh kali dan pada rakaat kedua sesudah takbiratul-qiyam (intiqal) lima kali [HR. Ahmad dan Ibnu Majah dari ‘Amr Ibnu Syu‘aib, HR. Ibnu Majah dari ’Aisyah dan HR Ahmad dari ’Aisyah], seraya mengangkat tangan hingga setentang dengan telinga pada semua takbir sebagaimana lazimnya dalam setiap takbir [HR. Ahmad dan Abu Dawud dari Wa’il Ibnu Hujr al-Hadlrami] dan tidak ada tuntunan dari Nabi saw tentang dzikir atau bacaan di sela-sela dua takbir dari takbir-takbir shalat Id.
5. Bacaan Sesudah al-Fatihah: Surat al-A‘laa (surat no. 87), atau surat Qaaf (surat no. 50) pada rakaat pertama dan surat al-Ghaasyiyah (surat no. 88) atau surat al-Qamar/Iqtarabatis-Saa‘ah (surat no. 54) pada rakaat kedua. [HR. Muslim dari an-Nu‘man Ibnu Basyir dan HR. al-Jama'ah, kecuali al-Bukhari dari ‘Ubaidillah ibn ‘Abdillah]
6. Khutbah 'Id. Selesai shalat ‘Id, imam langsung berkhutbah satu kali, tidak diselingi dengan duduk antara dua khutbah. [HR. Muttafaq ‘alaih, dan ini lafal al-Bukhari dari Abu Sa‘id al-Khudri dan HR Muslim dan an-Nasa’i dari Jabir ibn ‘Abdillah] Khutbah dimulai dengan tahmid (membaca al-hamdu lillah), tidak dengan takbir, karena tidak ada riwayat sahih yang menerangkannya, hanya dalam khutbah 'Id diperbanyak lantunan takbir [HR. an-Nasa’i dari Jabir dan HR. Ibnu Majah dari Sa‘ad al-Mu’adzdzin] dan diakhiri dengan doa, dengan mengangkat tangan jari syahadat (telunjuk) tangan kanan, sebagaimana pada khutbah Jumuah. [HR. an-Nasa'i dari Hushain]

Lafadz Takbiran
Allahu Akbar
Allahu Akbar
Allahu Akbar
Laa ilaaha illallah Wallahu Akbar
Allahu Akbar Wa Lillahil-hamd
***Allahu Akbar
Allahu Akbar
Allahu Akbar
Laa ilaaha illallah Wallahu Akbar
Allahu Akbar Kabiro
Wal hamdulillahi katsiro
Wa Subhanallahi Bukratan Wa Ashila
Laa Ilaaha Illallahu La Na`budu Illaa Iyyah,
Muhklishina Lahud-din, Walau Karihal Kafirun.
Laa Ilaaha Illallahu wahdah,
Shadaqo Wa`dah,
Wa Nashara `Abdah,
Wa A`azza Jundahu Wa Hazamal Ahzaaba Wahdah.
Laa Ilaaha Illallahu Wallahu akbar
Allahu Akbar Wa Lillahil-hamd

Tidak ada komentar: